STANDARISASI LARUTAN HCL
1). Tujuan
· Praktikan mampu melakukan standarisasi larutan baku sekunder HCL dengan larutan baku primer Na2B4O7 10H2O 0,0100 N
2). Dasar teori
Analisis volumetri dikenal juga sebagai titrimetri, pada analisis volumetri, zat yang dianalisis(analit) dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang berupa larutan.
Larutan Standar dibagi menjadi 2 yaitu:
a). Larutan standar primer: Larutan yang dihasilkan dari zat kimia yang benar-benar murni yang ditimbang dengan tepat kemudian dilarutkan dalam sejumlah tertentu pelarut.
b). Larutan baku sekunder: Larutan yang konsentrasinya ditetapkan melalui titrasi dengan menggunakan larutan standar primer.
Syarat-syarat bahan kimia yang dapat digunakan untuk membuat larutan standar primer:
v Benar-benar ada dalam keadaan murni dengan kadar pengotor <0.02%.
v Stabil secara kimiawi, mudah dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis.
v Memiliki BE besar sehingga meminimalkan kesalahan akibat penimbangan.
Persyaratan untuk reaksi yang dipergunakan dalam analisis titrimetri:
Ø Reaksi tersebut harus diproses secara kimiawi, tidak ada reaksi sampingan.
Ø Reaksi tersebut harus diproses sampai benar-benar selesaipada titik ekivalensi.
Ø Harus tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai.
Ø Diharapkan reaksi berjalan cepat, sehingga titrasi dapat diselesaikan dengan cepat.
Ada beberapa macam analisis volumetri salah satunya adalah Titrasi Asam-Basa. Titrasi Asam-Basa merupakan metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dioketahui konsentrasinya, Titrasi Asam-Basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam-basa berdasarkan reaksi penetralan yang mana kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.
Dalam titrasi asm-basa perubahan PH sangat kecil, pada saat tercapai titik ekivalen penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan PH yang sangat besar, untuk mengetahui perubahan PH biasanya digunakan zat yang dikenal sebagai indikator, yaitu suatu senyawa organik yang akan berubah warna dalam rentang PH tertentu. Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi.
3). Alat dan bahan
Alat:
o Buret
o Pipet volume 10,0 ml
o Erlenmeyer 250,0 ml
o Gelas beker
o Corong
o Statip
Bahan:
o Larutan HCL 0,01 N
o Larutan baku primer Na2B4O7 10H2O 0,0100 N
o Indikator MR
4). Cara kerja
Larutan Na2B4O7 10H2O 0,0100N |
↓→Di pipet 10,0 ml larutan baku primer Na2B4O7 10H2O 0,0100N, dan dimasukkan dalam erlenmeyer.
Erlenmeyer |
↓→Di tambahkan 2-3 tetes indikator MR
→Di titrasi dengan larutan HCL sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah konstan
Hasil |
5). Data titrasi
V Na2B4O710H2O 0,0100N(ml) | V HCL (ml) |
10,00 | 10,00 |
10,00 | 10,50 |
10,00 | 10,00 |
Rata-Rata: 10,0 | 10,16 |
6). Perhitungan.
N1.V1 = N2.V2
N HCL= N Na2B4O7 10H2O. V Na2B4O7 10H2O
_______________________
V HCL
0,0102N. 10,0 ml
______________
10,16 ml
= 0,0100N
7). Pembahasan.
Pada standarisasi larutan HCL menggunakan larutan baku primer yaitu Na2B4O7 10H2O karena Na Boraks memiliki massa setara relatif lebih tinggi yang akan meminimalkan kesalahan dalam melakukan standarisasi. reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
Na2B4O7 10H2O + 2HCL→ H3BO3 + 2NaCL
Dalam standarisasi larutan HCL ini menggunakan indikator MR, ketika larutan HCL ditambahkan indikator MR warna berubah menjadi kuning dan setelah di titrasi dengan larutan Na2B4O7 10H2O larutanya sedikit demi sedikit berubah dari kuning ke orange hingga menjadi merah yang konstan.
8). Kesimpulan.
Dari percobaan pada penentuan konsentrasi HCL didapatkan NHCL = 0,0100 N.
STANDARISASI LARUTAN Na2S2O3
1). Tujuan
· Agar praktikan dapat memahami dan mel;akukan standarisasi larutan Na2S2O3 dengan baik dan benar.
2). Dasar teori
Standarisasi larutan Na2S2O3 merupakan standarisasi dengan menggunakan metode tak langsung atau Iodometri. Yang mana pada titrasi tidak langsung ini digunakan larutan standar Iod sebagai oksidator, karena larutan oksidator lemah maka penggunaannya tetrbatas.
Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan menambahkan kalium Iodida berlebih dan mentitrasi Iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksidasi membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan Iodin, dan dalam percobaan ini akan digunakan Natrium tioSulfat sebagai titrannya. Garam ini umumnya dibeli sebagai penta hidrat. Larutan ini tidak boleh di standarisasi dengan penimbangan secara langsungakan tetapi harus distandarisasi dengan larutan primer, larutan Natrium tiosulfat merupakan larutan yang tidak stabil dalam kurun waktu yang lama. Sejumlah zat dapat digunakan sebagai standar primer untuk larutan Natrium tiosulfat, iodin murni merupakan larutan standar yang paling jelas namun jarang dipergunakan karena kesulitannya dalam penanganan dan penimbangan, dalam percobaan ini akan digunakan larutan baku primer KIO3 0,0100N. Yang mana garam ini mampu mengoksidasi iodida secara kuantitatif menjadi iodin dalam larutan asam. Dan indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah Amilum 1%.
3). Alat dan Bahan.
Alat:
o Buret
o Pipet volume
o Gelas beker
o Corong
o Stop erlenmeyer
Bahan:
o Larutan baku primer KIO3
o H2SO4 2N dan KI5%
o Larutan Na2S2O3 0,0100N
o Indikator Amylum1%
4). Cara kerja
KIO3 |
→Di pipet 10 ml, kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer
Erlenmeyer |
→ Ditambahkan 5ml KI5% dan 5ml asam sulfat 2N
→ Dititrasi dengan Na2S2O3 0,01N sampai terjadi warna kuning muda(kocok pelan, titran cepat).
→ Ditambahkan dengan indikator amylum 1%(Larutan menjadi biru)
→ Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,01N sampai warna biru tepat hilang(kocok kuat, titran tetes demi tetes)
Hasil |
5). Data titrasi
V KIO3 (ml) | V Na2S2O3 |
10 ml | 9,60 |
10 ml | 9,80 |
10 ml | 9,50 |
| |
Rata-Rata: | 9,63 |
6). Perhitungan.
N2. V2=N2. V2
N Na2S2O3= N KIO3. VKIO3
NKIO3 . VKIO3
_____________
V Na2S2O3
=
0,0100N . 10,0 ml
_____________
9,63 ml
=0,013 N
7). Pembahasan
Iodometri merupakan standarisasi dengan menggunakan metode tidak langsung, yang mana dalam percobaan kali ini telah dilakukan standarisasi larutan Na2S2O3 dengan menggunakan larutan baku primer KIO3 0,0100N.
Natrium tiosulfat dapat dengan mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi, namun selalu ada sedikit ketidakpastian dari kandungan air yang tepat, karena sifat flouresen atau melapuk lekang dari garam itu. Oleh karena itu zat ini tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai larutan baku standar primer.
Larutan KIO3 memiliki 2 kegunaan penting yaitu:
1). Sebagai sumber dari sejumlah iod yang diketahui dalam titrasi harus ditambahkan pada larutan yang mengandung asam kuat, ia tidak dapat digunakan dalam medium netral atau memiliki keasaman rendah.
2). Dalam penetapan kandungan asam dari larutan secara iodometri atau dalam standarisasi larutan asam keras.
Larutan tiosulfat sebelum digunakan sebagai larutan standar dalam proses iodometri harus terlebih dahulu di standarisasikan dengan kalium iodat yang merupakan standar primer. Kalium iodat yang sebelumnya telah ditambahkan dengan 5ml KI5% dan 5ml asam sulfat 2N. Setelah penambahan asam sulfat 2N larutan berubah warna menjadi kuning tua. Selain itu sifat iod juga mudah teroksidasi oleh oksigen dalam lingkungan sehingga iodida mudah terlepas, sehingga di butuhkan stop erlenmeyer karena untuk menjaga agar iod tidak teroksidasi. Fungsi penambahan asam sulfat pekat dalam larutan tersebut adalah untuk memberikan suasana asam sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat dan kalium iodida berada pada kondisi netral atau memiliki tingkat keasaman yang rendah. Reaksinya adalah sebagai berikut:
KIO3+5I +6H-> 3I2 +3H2O
Setelah penambahan KI dan asam sulfat larutan dititrasi dengan Na2S2O3 0,0100N sampai terjadi warna kuning muda(kocokannya pelan dan titrannya cepat), setelah pembentukan warna kuning muda ditambahkan indikator amylum 1% sebanyak 3 tetes, hal ini dimaksudkan agar amylum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amylum sukar dititrasi , kembali ke ssenyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin karena sifat I2 yang mudah menguap . pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru setelah penambahan indikator menjadi hilang dan perubahannya sangat jelas.
8). Kesimpulan.
Dari percobaan Standarisasi larutan Na2S2O3 di dapatkan N Na2S2O3 = 0,013 N
ANALISIS KUALITATIF KATION
1. TUJUAN
Untuk menganalisa adanya kation dalam suatu sampel.
2. DASAR TEORI
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektik utuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenisanion atau kation suatu larutan.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan regensia-regensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak sistematik kation. Namun skema yang digunakan juga bukan skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan
1. TUJUAN
Untuk menganalisa adanya kation dalam suatu sampel.
2. DASAR TEORI
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektik utuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenisanion atau kation suatu larutan.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan regensia-regensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak sistematik kation. Namun skema yang digunakan juga bukan skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan
Di dalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya :
1) Golongan I : kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.
2) Golongan II : kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion ini adalah Hg, Bi, Cu, Cd, As, Sb, Sn.
3) Golongan III : kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana mineral encer. Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral/amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.
4) Golongan IV : kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
5) Golongan V : kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini meliputi Mg, K, NH4+.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu :
a. Reaksi kering
Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat.
b. Reaksi basah
Reaksi basah biasa digunakan untuk zat dalam larutan.
Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah :
a) Reaksi nyala dengan kawat nikrom
Biasanya dilakukan dengan cara sedikit zat dilarutkan ke dalam HCL P. Diatas kaca arloji kemudian dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah bersih kemudian dibakar diatas nyala oksidasi.
b) Reaksi nyala beilshein
Biasanya dilakukan dengan cara kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala oksida sampai nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.
c) Reaksi nyala untuk borat
Dilakukan dengan cara cawan porselin sedikit zat padat ditambahkan asam sulfat pekatdan beberapa tetes methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada borat akan timbul warna hijau.
1) Golongan I : kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.
2) Golongan II : kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion ini adalah Hg, Bi, Cu, Cd, As, Sb, Sn.
3) Golongan III : kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana mineral encer. Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral/amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.
4) Golongan IV : kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
5) Golongan V : kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini meliputi Mg, K, NH4+.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu :
a. Reaksi kering
Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat.
b. Reaksi basah
Reaksi basah biasa digunakan untuk zat dalam larutan.
Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah :
a) Reaksi nyala dengan kawat nikrom
Biasanya dilakukan dengan cara sedikit zat dilarutkan ke dalam HCL P. Diatas kaca arloji kemudian dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah bersih kemudian dibakar diatas nyala oksidasi.
b) Reaksi nyala beilshein
Biasanya dilakukan dengan cara kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala oksida sampai nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.
c) Reaksi nyala untuk borat
Dilakukan dengan cara cawan porselin sedikit zat padat ditambahkan asam sulfat pekatdan beberapa tetes methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada borat akan timbul warna hijau.
3. Hg2+(Ion Raksa(II))
Ion Hg2+ merupakan kation golongan II dimana sebagian besar senyawa raksa II cenderung berikatan secara kovalen dibandingkan ionik, ion Raksa II hanya terdapat pada sedikit senyawa seperti perklorat, nitrat atau larutan dari kedua senyawa ini. Dalam larutan air raksa II cenderung bereaksi dengan air membentuk kompleks.
4. Bi3+
Bismut adalah logam yang berwarna putih kemerah-merahan, kristalin, dan getas. Titik leburnya 271,50, ia tidak larut dalam HCl diosebabkan oleh potensial standar(0,2V), tetapi larut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat, air raja atau asam sulfat pekat.
11. Cr3+
Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan tak dapat ditempa, dengan berarti, ia melebur pada 17650C. Logam ini l;arut dalam asam klorida encer ataupun pekat. Jika tidak terkena udara maka akan membentuk kromium (I).
12. Ni2+
Dalam larutan hanya diketahui Ni2+ sebagai kation dari nikel. Nikel dengan tingkat oksidasi lebih tinggi diketahui dalam bentuk padatan oksidasinya seperti NiO3. Senyawa-senyawa nikel II memiliki kemiripan sifat dengan senyawa kobalt II.
22. K+
Kalium adalah logam putih peraak yang lunak, logam ini melebur pada 63,50C, ia tetap tidak berubah dalam udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam udara lembab, menjadi tertutup dengan suatu lapisan biru. Logam ini menguraikan air dengan dahsyat, sambil melepaskan hydrogen dan terbakar dengan nyala lembayung
2K++2H2O→2K++2OH−+H2
Kalium biasanya disimpan dalam pelarut nafta. Garam-garam kalium mengandung kation monovalen K+, garam-garam ini biasanya larut dan membentuk larutan yang tak berwarna kecuali bila anionnya berwarna.
23. Na+
Natrium adalah logam putih perak yang lunak yang melebur pada 97,50C, natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara yang lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air membentuk natrium hidroksida dan hydrogen
2Na+2H2O→2Na++2OH-+H2
Dalam garam-garamnya natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ini membentuk larutan tak berwarna kecuali jika anionnya berwarna, hampir semua garam natrium larut dalam air.
3. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penjepit tabung
- pemanas
b. bahan
- Larutan HgCl2
- Larutan HCl encer
- Larutan Na2S
- Larutan asam nitrat encer
- Larutan asam nitrat encer
- Logam Cu
- Larutan KI
- Larutan NaOH
- Larutan Bi(NO3)3
- Larutan Chinconin KI
- Larutan KI
- Larutan Na3PO4
- Larutan CrCl3
- Diphenil carbazid
- Larutan Na2CO3
- Larutan NiSO4
- Larutan NH4OH
- Larutan dimetil glioksim
- Larutan KCl
- Asam tatrat
- Reagen K
- Asam pikrat
- Asam perklorat
- Larutan NaCl
- Larutan Zn Uranyl asetat
4. CARA KERJA
3. Hg2+
a).
Tabung reaksi
↓
Lar. HgCl+Lar. HCl encer+Na2S
↓
Endapan putih-kuning-hitam
b).
Tabung reaksi
↓
Lar. HgCL+Logam Cu+asam nitrat encer+dipanaskan
↓
Permukaan Cu menjadi abu-abu yang jika digosok mengkilat
c).
Tabung reaksi
↓
Lar. HgCL+Lar. KI
↓
Endapan merah jingga(endapan larut dalam kelebihan reagen)
d).
Tabung reaksi
↓
Lar. HgCL+Lar. NaOH
↓
Endapan coklat merah
4. Bi3+
a).
Tabung reaksi
↓
Lar.Bi(NO3)3+Lar.HCl encer+Lar.Na2S
↓
Endapan coklat
b).
Tabung reaksi
↓
Lar.Bi(NO3)3+Lar.Chinconin KI
↓
Endapan merah jingga
c).
Tabung reaksi
↓
Lar.Bi(NO3)3+Lar. KI
↓
Endapan coklat tua. Dalam reagen berlebih endapan larut menjnadi larutan kuning, jika larutan diencerkan maka endapan coklat tua menjadi jingga
d).
Tabung reaksi
↓
Lar.Bi(NO3)3+Lar.NaOH
↓
Endapan Putih
e).
Tabung reaksi
↓
Lar.Bi(NO3)3+Lar.Na3PO4
↓
Endapan Putih
11. Cr3+
a).
Tabung reaksi
↓
Lar.CrCl3+Lar.Na2S
↓
Endapan abu-abu kehijauan
b).
Tabung reaksi
↓
Lar.CrCl3+diphenil carbazid
↓
Warna ungu
c).
Tabung reaksi
↓
Lar.CrCl3+Lar. Na3PO4
↓
Endapan hijau
d).
Tabung reaksi
↓
Lar.CrCl3+Lar. Na3CO3
↓
Endapan hijau abu-abu
12. Ni2+
a).
Tabung reaksi
↓
Lar.NiSO4+Lar.Na2S
↓
Endapan hitam
b).
Tabung reaksi
↓
Lar.NiSO4+Lar.NH4OH+ Lar. Dimetil glioksim
↓
Endapan warna merah
c).
Tabung reaksi
↓
Lar.NiSO4+Lar.NaOH
↓
Endapan hijau
22. K+
a).
Reaksi nyala ungu
b)..
Tabung reaksi
↓
Lar.KCl+asam tatrat
↓
Endapan putih
c).
Tabung reaksi
↓
Lar.KCl+reagen K
↓
Mikroskopis bentuk kubus
d).
Tabung reaksi
↓
Lar.KCl+asam pikrat
↓
Mikroskopis seperti sapu
e).
Tabung reaksi
↓
Lar.KCl+asam perklorat
↓
Endapan putih
23. Na+
a).
Reaksi nyala kuning
b).
Tabung reaksi
↓
Lar.NaCl+Lar. Zn Uranyl asetat
↓
Endapan kuning. Mikroskopis diamond
5. DATA PENGAMATAN
3. Hg2+
No | Larutan | Reagen | Gejala | |
A | HgCl2 Organoleptis -Jernih -Tidak berbau -PH=4 | HCl encer+Na2S | Endapan putih-kuning-hitam | |
B | HgCl2 | Sekeping logam Cu+HNO3 encer | Permukaan Cu menjadi abu-abu dan ketika digosok mengkilat | Di panaskan |
C | HgCl2 | KI | Timbul endapan merah jingga | Ketika KI berlebih endapan larut |
D | HgCl2 | NaOH | Timbul endapan coklat merah | |
4. Bi3+
No | Larutan | Reagen | Gejala | Keterangan |
A | Bi(NO3)3 Orgnoleptis - - - | HCl encer+ Na2S | Timbul endapan coklat | |
B | Bi(NO3)3 | Chinconin KI | Timbul endapan merah jingga | |
C | Bi(NO3)3 | KI | -Timbul endapan orange -Ketika endapan larut warna menjadi kuning | Ketika reagen berlebih endapan larut |
D | Bi(NO3)3 | NaOH | Timbul endapan putih | |
E | Bi(NO3)3 | Na3PO4 | Timbul endapan putih | |
11. Cr3+
No | Larutan | Reagen | Gejala | Kerterangan |
A | CrCl3 Organoleptis PH=3 | | | |
B | CrCl3 | Dipenil carbazid | Hijau kekuningan | Tidak terbukti |
C | CrCl3 | Na3 PO4 | Tidak ada endapan, larutan hijau | Tidak terbukti |
D | CrCl3 | Na2 CO3 | Timbul endapan hijau abu-abu | |
12. Ni2+
No | Larutan | Reagen | Gejala | Ketterangan |
A | NiSO4 Organoleptis -PH=6 -Hijau jernih -Tidak berbau | Na2S | Timbul endapan hitam | |
B | NiSO4 | NH4OH+ Dimetil glioksim | Endapan merah muda | |
C | NiSO4 | NaOH | Endapan hijau muda | |
22. K+
No | Larutan | Reagen | Gejala | Keterangan |
A | KCl Organoleptis -Tidak berwarna -Tidak berbau -PH=7 | Asam sulfat+etanol | Nyala ungu | Reaksi nyala |
B | KCl | Asam tatrat | Timbul endapan putih | |
C | KCl | Reagen K | Mikroskopis bentuk kubus | |
D | KCl | Asam pikrat | Mikroskopis seperti sapu | |
E | KCl | Asam perklorat | Endapan putih | |
23. Na+
No | Larutan | Reagen | Gejala | Keterangan |
A | NaCl Organoleptis -tidak berwarna Tidak berbau PH=7 | H2SO4+etanol | Reaksi nyala | Api berwarna kuning |
B | NaCl | Larutan Zn Uranyl asetat | Endapan kuning | |
6. Pembahasan
3. Hg2+
a.). reaksi antara HgCl2+ larutan HCl encer + larutan Na2S menimbulkan endapan putih kemudian kuning dan menjadi hitam. Reaksinya
Hg22++ 2Cl→2Hg+ Cl2 endapan
b). Reaksi antara HgCl2 dengan sekeping logam Cu dan asam nitrat yang dipanaskan maka permukaan Cu menjadi abu-abu dan ketika digosok mengkilat. Reaksinya
Cu+ Hg22+→Cu2++ 2Hg endapan
Endapan yang terbentuk dalam reaksi pada merkuri yang ketika digosok permukaan Cu mengkilat
c). Penambahan KI dalam larutan HgCl2 menimbulkan endapan merah jingga yaitu endapan merkurium (I) iodida yang reaksinya
Hg22++2I-→Hg2I2 endapan
Dan ketika reagen berlebih endapan tersebut larut
d). Reaksi antara HgCl2 dengan NaOH menimbulkan endapan coklat merah, yang reaksinya Hg22++ 2OH-→Hg2Oendapan+H2O
endapan tersebut adalah merkuri oksida
4. Bi3+
a). Reaksi antara Bi(NO3)3 dengan larutan HCl encer kemudian ditambahkan dengan Na2S menimbulkan endapan coklat. Reaksinya adalah
Bi(NO3)3+3HCl→Bi3++3Cl-+3HNO3
2Bi3++3Na2S→Bi2S3 endapan +6Na
b). Reaksi antara Bi(NO3)3 dengan larutan chinconin KI menimbulkan endapan merah jingga. Reaksinya adalah
Bi(NO3)3+Chinconin KI→endapan merah jingga
c). Reaksi antara Bi(NO3)3 dengan larutan KI tidak menimbulkan endapan coklat tua tetapi berwarna orange,
Bi(NO3)3+KI→endapan Orange
d). Reaksi antara Bi(NO3)3 dengan NaOH menimbulkan endapan putih yaitu endapan bismut (III) hidroksida. Reaksinya adalah
Bi(NO3)3+3NaOH→3NaNO3 +Bi(OH)3 endapan
e). Reaksi antara Bi(NO3)3 dengan larutan Na3PO4telah menimbulkan endapan putih yaitu bismut fosfat. Reaksinya adalah
Bi3+ PO42- →BiPO4 endapan
11. Cr3+
a). Reaksi antara CrCl3 dengan Na2S telah menghasilkan endapan abu-abu kehijauan. Reaksinya adalah
2Cr3++3S2-→Cr2S3
b). Reaksi antara CrCl3 dengan diphenil carbazid tidak membuktikan hasil yang semestinya yaitu warna ungu akan tetapi hijau kekuningan. Uji diphenil carbazid merupakan uji khas terhadap kromium
c). Reaksi antara CrCl3 dengan Na3PO4 tidak membuktikan adanya endapan hijau akan tetapi hanya membentuk larutan hijau.
d). Reaksi antara CrCl3 dengan Na2CO3 menghasilkan endapan hijau abu-abu endapan tersebut merupakan endapan kromium (III) hidroksida. Reaksinya adalah
2Cr3++3S2-+6H2O→2Cr(OH)3 endapan+3CO2
12. Ni2+
a). Reaksi antara NiSO4 dengan Na2S menghasilkan endapan hitam yaitu merupakan endapan kromium (III) hidroksida. Reaksinya adalah
Ni2++S2-→NiSendapan hitam
b). Reaksi antara NiSO4 dengan larutan NH4OH dan ditambahkan dengan dimetil glioksim menghasilkan endapan merah muda, endapan tersebut adalah endapan nikel dimetil glioksima, larutan sebelumnya dibuat dalam keadaan basa dengan amonium.
c). Reaksi antara NiSO4 dengan NaOH menghasilkan endapan hijau muda, endapan itu adalah endapan nikel (II) hidroksida. Reaksinya adalah
Ni2++2OH-→Ni(OH)2
22. K+
a). Reaksi nyala
pada reaksi nyala, KCl pertama-tama dikeringkan diatas api yang kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat dan etanol kemudian dibakar dengan api, menghasilkan warna ungu, warna ungu tersebut berasal dari kalium dan kloridanya.
b). Reaksi antara KCl dengan asam tatrat menghasilkan endapan putih atau kristal putih kalium hidrogen tatrat. Reaksinya adalah
K++H2C4H4O6↔KHC4H4O6 endapan + H+
c). Reaksi antara KCl dengan reagen K tidak terbukti menghasilkan mikroskopis bentuk kubus.
d). Reaksi antara KCl dengan asam pikrat menghasilkan larutan berwarna kuning dengan endapan melayang.
e). Reaksi antara KCl dengan asam perklorat menghasilkan endapan putih.
23. Na+
a). Reaksi nyala
reaksi nyala ini dimulai dengan pembakaran pada NaCl dan kemudian ditambahi dengan asam sulfat pekat dan etanol, kemudian dibakar menghasikan nyala api kuning, nyala kuning ini dari uap garam natrium.
b). Reaksi antara NaCl dengan larutan Zn Uranyl asetat menghasilkan endapan kuning.
7. Kesimpulan
IDENTIFIKASI ANION
1. TUJUAN
Untuk menganalisa adanya anion dalam suatu sample
2. DASAR TEORI
5). Sulfat(SO42-)
Sulfat dari barium, stronsium dan timbale praktis tak larut dalam air, sulfat dari kalsium dan merkurium (II) larut sedikit dan kebanyakan sulfat dari logam-logam sisanya larut. Asam sulfat adalah cairan yang tidak berwarna.
6). Sulfida(S2-)
Sulfide asam, sulfida normal dan polisulfida dari logam-logam alkali larut dalam air. Zat-zat ini(larutan air) bereaksi basa karena hidrolisis. Sulfide normal dari kebanyakan logam lain tidak larut. Sulfida alkali tanah larut sangat sedikit tetapi berangsur-angsur berubah karena kontak dengan air menjadi hydrogen sulfida yang larut.
13). Borat(BO33- , B4O72-, BO2-)
Borat-borat diturunkan dari ketiga asam borat asam ortoborat(H3BO3), asam piroborat(H2 B4O7), dan asam metaborat(H BO2). Asam ortoborat adalah zat padat kristalan yang putih, yang sangat sedikit larut oleh air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas. Garam-garam dari asam ini sangat sedikit diketahui dengan pasti. Asam ortoborat yang dipanaskan pada 1000 akan diubah menjadi asam metaborat, pada 1400 dihasilkan asam piroborat. Kebanyakan garam ini diturunkan dari asam meta dan piro. Disebabkan oleh lemahnya asma borat, garam-garam yang larut terhidrolisis dalam larutan dan karenanya bereaksi dengan basa. Reaksinya adalah
BO33- + 3H2O ↔ H3BO3 +3OH-
B4O72- + 7H2O ↔ 4H3BO3 +2OH-
BO2- +2H2O ↔ H3BO3 +OH-
Kelaruitan borat dari logam-logam alkali mudah larut dalam logam-logam lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam air. Tetapi cukup larut dalam asam-asam dan dalam larutan ammonium klorida.
14). Fosfat(PO43-)
Tiga asam fosfat yang dikenal banyak orang adalah asam ortofosfat (HPO4). asam pirofosfat(H4P2O7) dan asam metafosfat(HPO3). Garam-garam dari ketiga asam ini benar-benar ada, ortofosfat adalah yang paling stabil dan paling penting. Larutan piro dan metafosfat berubah menjadi ortofosfat perlahan-lahan pada suhu biasa. Dan lebih cepat dengan dididihkan metafosfat kecuali jika dibuat dengan metode khusus biasanya berbentuk polimer yaitu diturunkan dari (HPO3)n
Asam ortofosfat adlah asm berbasa tiga yaitu membentuk tiga deret garam: ortofosfst primer seperti Na3PO4, ortofosfat sekunder seperti Na2HPO4. kelarutan fosfat dari ammonium dan dari logam-logam alkali kecuali litium, larut dalam air. Fosfat primer dari logam alkali tanah juga larut. Semua fosfat dan logam-logam lainnya, dan juga fosfat sekunder dan tersier dari logam-logam alkali tanah larut sangat sedikit atau tidak larut dalam air.
3. Alat dan Bahan
a. Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penjepit tabung
- pemanas
b. Bahan
- Larutan Sulfat
- Larutan Sulfida
- Larutan Borat
- Larutan Fosfat
4. CARA KERJA
5). Sulfat(SO42-)
a.
Tabung reaksi
Larutan natrium sulfat
Tidak terjadi endapan
Ditambahkan argentums nitrat
b. Tabung reaksi
Larutan natrium sulfat
Ditambahkan larutan barium klorida
Timbul endapan putih
6). Sulfida(S2-)
a.
Tabung reaksi
Larutan natrium sulfida
Ditambahkan argentums nitrat
Timbul endapan hitam. (endapan tidak larut da;lam asam nitran encer dingin tapi larut dalam asam nitrat panas)
b.
Tabung reaksi
Larutan natrium sulfida
Ditambahkan HCl encer
Timbul gas
c.
Tabung reaksi
Larutan natrium sulfida
Ditambahkan larutan plumbum nitrat
Timbul endapan hitam
d.
Tabung reaksi
Larutan natrium sulfida
Ditambahkan larutan mangan klorida
Timbul endapan merah jambu
e.
Tabung reaksi
Larutan natrium sulfida
Ditambahkan larutan Cadmium sulfat
Timbul endapan kuning
13). Borat(BO33- , B4O72-, BO2-)
a.
Tabung reaksi
Larutan natrium tetra borat
Ditambahkan larutan AgNO3
Timbul endapan putih
b.
Cawan porselin
Larutan natrium tetra borat
Ditambahkan larutan H2SO4 pekat + metanol
dibakar
Nyala api hijau
c.
Tabung reaksi
Larutan natrium tetra borat
Ditambahkan larutan BaCl2
Timbul endapan putih. Endapan akan larut bila reagen berlebih
14). Fosfat(PO43-)
a.
Tabung reaksi
Larutan natrium fosfat
Ditambahkan larutan AgNO3
Timbul endapan kuning
b.
Timbul mendapan kuning
Tabung reaksi
Larutan natrium fosfat
Ditambahkan Amonium milibdat + asam nitrat encer
Dipanaskan
c. Tabung reaksi
Larutan natrium fosfat
Ditambahkan magnesia mixture
Timbul endapan putih
5. HASIL PENGAMATAN
5). Sulfat(SO42-)
No | Larutan | Reagen | Gejala | Keterangan |
a. | Na2SO4 PH=8 Tidak berbau Bening | AgNO3 | | Tidak timbul endapan |
b. | Na2SO4 | BaCl2 | Timbul endapan putih yang tidak larut dalam amonium asetat pekat | Endapan tidak larut dalam asam-asam atau air raja |
6).Sulfida(S2-)
No | Larutan | Reagen | Gejala | Keterangan |
a. | Na2S PH=12 Tidak berbau Bening | AgNO3 | Timbul endapan hitam | Endapan tidak larut dalam asam nitrat encer dingin tetapi larut dalam asam nitrat panas |
b. | Na2S | HCl encer | Timbul gas H2S(seperti telur busuk) | Di buktikan dengan=Kertas saring yang dibasahi larutan Pb(NO3)2 di letakkan dimulut tabung reaksi dan dipanaskan |
c. | Na2S | Pb(NO3)2 | Timbul endapan putih | |
d. | Na2S | MnCl2 | Timbul endapan merah jambu | |
e. | Na2S | Cd asetat | Timbul endapan orange | |
13). Borat(BO33- , B4O72-, BO2-)
No | Larutan | Reagen | Gejala | Keterangan |
a. | Natrium tetraborat PH=8 Tidak berbau Jernih | AgNO3 | Timbul endapan putih | |
b. | Natrium tetra borat | H2SO4 pekat+ metanol | Terbukti nyala api berwarna hijau | Reaksi nyala |
c. | Natrium tetra borat | BaCl2 | Tidak terbukti terjadi endapan putih | |
14). Fosfat(PO43-)
No | Larutan | Reagen | Gejala | Keterangan |
a. | Natrium fosfat PH= | AgNO3 | Timbul endapan kuning | |
b. | Natrium fosfat | Larutan amonium molibdat+ asam nitrat encer | Timbul endapan kuning | Di panaskan |
c. | Natrium fosfat | Larutan magnesia mixture | Timbul endapan putih | |
6. Pembahasan
5). Sulfat(SO42-)
PH=8
a). NaSO4+ AgNO3 → tidak terjadi endapan
b). NaSO4+ BaCl → endapan putih
Endapan putih tersebut adalah BaSO4 dimana terbentuknya endapan tersebut membuktikan adanya ion SO42- pada larutan sample
Ba2+ + SO42-(aq) → BaSO4
Endapan tersebut juga tidak dapat larut dalam aqua regin (berwarna kuning) dan tidak larut dalam ammonium asetat.
6).Sulfida(S2-)
PH= 12
a). Na2S +AgNO3→endapan hitam perak sulfide
endapan tersebut dapat larut dalam asam nitrat encer tapi tidak larut dalam asam nitrat panas
S2- + 2Ag+ → Ag2S
b). Na2S + HCl →endapan H2S
Gas tersebut dapat dibuktikan dengan:
· Bau yang spesifik seperti telur busuk
· Dengan membasahi kertas saring menggunakan larutan plumbum nitrat diletakkan dimulut tabung reaksi, kemudian dipanaskan maka terbentuklah warna hitam.
S2-+2H+→Gas H2S
H2S + Pb2+→endapan PbS
c). Na2S + Pb (NO3)2 →endapan hitam
d). Na2S + MnCl →endapan merah jambu setelah didiamkan
e). Na2S + Cd asetat →endapan Orange
13). Borat(BO33- , B4O72-, BO2-)
a). Penambahan AgNO3 pada larutan Na2B4O7 menimbulkan adanya endapan putih. Reaksinya adalah
Na2B4O7 + 2 AgNO3 → 2NaNO3 + Ag2B4O7endapan
b). reaksi nyala
pada reaksi nyala Na2B4O7 terlebih dahulu dikeringkan dalam cawan porselin kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat dan methanol kemudian dibakar dengan korek api dan api pembakaran tadi berwarna hijau, akan tetapi apabila terdapat selang waktu antara penambahan methanol dengan nyala korek api maka tidak akan menghasilkan warna api hijau, hal ini dikarenakan alcohol medah menguap
warna hijau pada nyala api disebabkan oleh pembentukan metal borat B (OCH3)3
atau etil borat B(OC2H5)
reaksinya adalah
H3BO3+ 3CH2OH → B(OCH3)3 endapan + 3H2O
c). penambahan BaCl2 pada larutan Na2B4O7 ini tidak menimbuklkan gejala-gejala perubahan kimia yang mana seharusnya terbentuk endapan putih. Akan tetapipada percobaan ini tidak terbukti.
14). Fosfat(PO43-)
a). Penambahan AgNO3 pada larutan Na3PO4 telah menghasilkan endapan merah coklat. adalah
Na3PO4 +3 AgNO3→Ag3PO4endapan +3 NaNO3
b). Na3PO4 yang ditambahi oleh amonium molibdat dan kemudian di tambahkan HNO3 tidak menghasilkan endapan kuning setelah larutan tersebut dipanaskan. Hal ini menyatakan bahwa percobaan tersebut tidak terbukti.
c). Penambahan larutan Mg mixture pada Na3PO4 menimbulkan endapan putih, reaksinya adalah
Mg mixture + Na3PO4 → endapan putih
7. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses-proses yang telah dipakai dalam reaksi identifikasi anion yaitu:
@. Proses yang melibatkan identifikasi produk-produk pada pengulahan dengan asam-asam meliputi
- Gas-gas yang dilepaskan dengan HCl encer dan H2SO4 pekat.
- Gas uap dilepaskan dengan asam sulfat pekat
@. Sedangkan proses yang bergantung pada reaktan-reaktan dalam larutan meliputi:
- Reaksi pengendapan
- Reaksi oksidasi- Reduksi larutan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar